/0/27788/coverbig.jpg?v=045f27ddaadb55c85073249380622881)
Selesai mengikuti kegiatan pertama di aula wisma, semua mahasiswa baru dan para kakak senior kembali ke ruang makan untuk bersantap malam bersama sebelum melanjutkan kegiatan berikutnya yakni jurit malam.
Natalie dan kedua temannya sangat bersemangat ketika mereka balik ke ruang makan, tentu saja karena mahasiswa baru itu merasa lapar sekaligus bosan duduk berlama lama di aula.
Di sana, seperti biasa Natalie bergabung dengan Fio dan Pauline. Makan malam telah tersedia di atas meja panjang beralaskan kain berwarna cream, sungguh nikmat dan harum aroma masakan yang tertata begitu rapinya.
Mereka juga berbaris, mengantri untuk mengambil makanan mereka masing masing. Edmund dan kakak senior lainnya berdiri di barisan paling belakang sambil menoleh ke Peter, dan mengobrol dengan Ketua Presiden Mahasiswa Jurusan Administrasi Niaga tersebut.
Ah, kamu juga ganteng, kok. Kamu jangan rendah diri begitu, biarpun Jacky gantengnya kayak aktor Holywood tapi sampai sekarang dua belum punya pacar, betul gak?" seloroh Peter dengan raut wajah mengejek.
"Ha, ha ... betul, betul."
"Ya udah, kita mengantri lagi saja yuk."
"Yuk, kamu mau duduk sama saya lagi atau sama Shirley??"
"Saya duduk sama kamu aja, Ed. Saya gak mau berdekatan dengan cewek itu, saya tidak menyukainya karena dia agresif," gerutu Peter, sebal.
"Tapi dia cantik, lho. Shirley juga pintar, menarik, dan--"
"Dan menyebalkan," umpat Peter memotong ucapan temannya.
"Sstt ... kamu jangan ngomong keras keras, nanti dia dengar, lho." Edmund menyuruhnya memelankan suaranya, lalu ia melirik ke arah gadis terpopuler di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik itu, Shirley tiba tiba muncul di ruang makan dengan penampilan yang berbeda.
Gadis berparas manis, cantik jelita, bermata bulat dan indah, kedua alis yang tebal, hidung mancung, serta bibir tipisnya yang berwarna merah merekah, membuat semua mata pemuda tertuju kepadanya.
Kehadiran Shirley di situ tentu meramaikan suasana di ruang makan yang sebelumnya cukup hening, hanya terdengar suara suara piring, sendok, dan garpu saling beradu.
Pada barisan sebelah kanan, beberapa pemuda yakni Alex, Edo, Bryan, Andre, serta Gavin tidak henti hentinya memandang kakak angkatan 99 itu dari kepala hingga ke ujung kaki, sampai sampai mereka tidak bergeming sedikitpun di tempatnya masing masing.